Rabu, 27 Mei 2020

   

         

Pernah mendengar profesi “Pengarah Lapangan” atau bahasa kerennya, “Floor Director/FD” ?, yap FD adalah salah satu personel yang ada di studio Televisi saat syuting berlangsung. Orang yang paling sering keliatan bolak-balik, mondar-mandir, briefing penonton dan hitung mundur setiap akan memulai syuting. Kali ini, saya akan menceritakan sedikit soal FD berdasarkan yang saya ketahui, sekaligus sedikit sharing pengalaman saya selama setahun menjadi seorang Floor Director disalah satu stasiun Televisi swasta di Indonesia.

Sebelum cerita, saya mau kasih tau sedikit definisi FD menurut kami para pengarah lapangan. Teman-teman FD sering bilang, kalau kita ini adalah kaki tangannya seorang Program Director atau Show Director. Definisi tersebut bisa saya bilang “Benar” karena, saat bertugas apapun tindak-tanduk kami di Floor (Studio/Stage) ya harus berdasarkan komando/instruksi dari PD atau Showdir yang ada di Ruang kendali siaran. Keputusan ditetapkan oleh PD dan Showdir. kami di lapangan, Menyampaikan situasi dan kodisi, dengan konsekuensi yang mungkin terjadi. Bukan berarti tidak bisa memutuskan, memberi masukkan tentu diperkenankan, dan karena FD lah yang tahu kondisi sebeneranya di lapangan. Pasti segala input dari floor sangat dipertimbangkan.

Selama kurang lebih setahun menjalani Peran sebagai seorang FD, tanpa saya sadari membuat saya menajadi semakin paham akan karakter orang-orang disekitar. Secara tidak langsung profesi ini melatih saya menjadi semakin peka dalam menghadapi karakter berbagai macam orang. Mulai dari karakter Program Director yang bekerja langsung dengan kami, Karakter Pengisi Acara (Host/Presenter), Karakter Narasumber, Karakter Artis, dan orang-orang disekitar saat syuting berlangsung, karena interaksi yang begitu masif dengan kami Floor Director. Dan menjadi tanggung jawab kami menjaga Mood serta Membuat Syuting berjalan lancar sebagaimana mestinya.


Jam Terbang saya selama menjadi FD memang sangat pendek, tidak ada apa-apanya dibanding mereka yang sudah menjalaninya bertahun-tahun, atau bahkan sampai puluhan tahun. Menurut saya Profesi ini memerlukan Passion yang kuat. Dibilang Seru “iya”, tapi gak bisa dipungkiri kalau syuting gak semudah kedengaran dan kelihatannya. Ada saja kendala dan sesuatu yang terjadi diluar rencana. Ditambah harus mengatur banyak orang.

Saya rasa semua setuju ya, bahwa mengatur dan mengendalikan banyak orang, bukan perkara mudah. Tuntutan untuk bisa bekerja sama dengan Team, sekaligus mampu bekerja dibawah tekanan. Menjadikan kami FD, seolah memiliki insting untuk berbuat apa yang harus dilakukan saat terjadi hal diluar rencana. Bagi saya, poin plus untuk para Floor Director diantaranya karena pekerjaan ini bagaikan “sekolah” untuk melatih kemampuan kepemimpinan, melatih kemampuan public speaking, memahami psikologis orang sekitar, dan menjadi karakter yang mudah berbaur. jika semakin sering terlatih, saya rasa karakter orang tersebut semakin matang.

            Sedikit kisah unik saat menjadi seorang Floor Director, kami sering menjadi objek foto bagi penonton distudio. Banyak orang yang bilang, menjadi Floor Director adalah profesi yang keren. Dengan seragam TV yang keren, ditambah atribut kami (Beltpack, Ht, Belt yang isinya macem-macem), dengan penuh percaya diri berbicara didepan banyak penonton, mengatur jalannya syuting dan mengatur seluruh pengisi acara. Mungkin terlihat dari menonjol itulah yang menjadi daya tarik penonton distudio pada kami. dan mungkin syarat “Good Looking” yang ditetapkan media TV untuk mereka kandidat FD juga membuatnya semakin menarik perhatian.

Jadi, kalau kalian berencana menjadi seorang FD dan tertarik untuk terjun ke industri media televisi, Terus semangat ya untuk berjuang mengejar yang kalian mau. Buat teman-teman yang sudah membaca sedikit kisah ini dan punya masukkan, jangan ragu buat tulis komentar dibawah.

 

Rabu, 11 Desember 2019


PERFORMA TERBAIK TAPI KOK DIBATASI

“Pengalaman bersama iPhone XS 6 bulan terakhir”


Saya Menjadikan iPhone XS ini sebagai daily driver saya selama kurang lebih 6 bulan, dan yang saya rasakan, Device ini mampu memberikan pengalaman yang menyenangkan selama saya bersamanya. Saya bisa bilang chipset yang tertanam di iPhone XS ini sudah sangat mumpuni, bahkan lebih dari cukup. Untuk saya yang penggunaannya casual, bukan seorang mobile gamers. Saya rasa device ini sudah lebih dari cukup untuk menemani saya sehari-hari.

iPhone XS membawa spesifikasi yang tinggi, kalau dijajarkan dengan beberapa ponsel flagship yang ada di tahun 2018 sampai 2019 sebelum diluncurkannya series 11. Dengan membawa chipset A12 Bionic dan RAM 4 GB Hayo, siapa yang berani ngetawain besaran RAM iPhone ini ?. hehe. Ya, iPhone emang punya sistem operasi yang sangat stabil dan sangat smooth yang Membuat managemen Pemprosesan software dan aplikasi begitu baik. Saya kutip dari website resmi Antutu (dot) com, iPhone XS memperoleh Total skor 452.921. dengan hasil  sebesar itu, saya bisa bilang aplikasi apapun dan seberat apapun pasti bisa di libas dengan sangat baik.

Hal positif yang saya suka dari device ini adalah, Kamera yang sudah Lebih dari Cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Membawa setup dual kamera utama dengan resolusi 12 Mega Pixel (wide) dan (telephoto) memberikan hasil photo dengan warna yang natural/real & gak berlebihan. Untuk kamera depannya juga punya hasil yang cukup bagus, meski membawa setup kamera standard dengan resolusi 7 Mega Pixel. Hasilnya sangat khas iPhone yang gak pake efek beauty dan terlihat jujur dan apa adanya.

ini beberapa foto yang saya ambil menggunakan iPhone XS saya








Diluar hal photography, ponsel yang satu ini juga punya kemampuan videography yang impresif. Saya sangat puas dengan hasil video yang mampu merekam hingga resolusi 4K di 60 Frame per second. Stabilisasi pada video yang dihasilkan juga sangat baik. Dan kualitas audio yang ditangkap juga cukup jelas dan enak didengar. Saya bisa merekomendasikan ponsel ini untuk anda yang tertarik menjadikannya device untuk membuat konten video berupa vlog.

Untuk hal multimedia, saya juga sangat puas dengan ponsel yang satu ini, gambar yang muncul di layar berjenis OLED dengan resolusi 1125 x 2436 Pixel ini begitu memanjakan mata. Kecerahannya bisa sampai pada 625 nits, jadi kalau dipakai dibawah terik matahari, sangat nyaman melihat layar ponsel ini. Meski ada notch di bagian jidat, tapi saya pribadi yang sudah terbiasa dengan iPhone jenis ini, sama sekali tidak tergangu dengan kehadirannya. Selain itu speker stereo yang dihasilkan oleh ponsel ini juga sangat bagus. sejujurnya saya tidak terlalu paham soal kualitas audio, tapi yang saya tahu, nonton video baik itu di youtube/Netflix sudah sangat menyenangkan bersama si iPhone XS ini.

Bisa saya bilang, kalau iPhone XS ini sama sekali tidak ada masalah untuk penggunaan sehari-hari. Tapi, apakah dengan semua itu, bisa dibilang kalo Device ini sudah Sempurna ?. jawaban saya, “belum ada” device yang sempurna, pasti ada saja yang kurang. Saya akan coba jabarkan beberapa hal yang kurang dari device yang pada tahun 2018 menjadi raja sekaligus ponsel terkencang.

Pertama adalah ketahanan baterai dari si iphone XS ini. Device ini membawa baterai berkapasitas 2658 mAh. Secara angka, kalau kita bandingkan dengan device android yang harganya sejajar dengan si XS ini, angka tersebut adalah angka yang kecil. Dan yang saya rasakan adalah, device ini tidak mampu mengakomodir semua kegiatan saya selama satu hari penuh. Saya biasa mengisi daya ponsel saya pagi hari sebelum berangkat ke kantor, sekitar pukul 8 Pagi hingga pukul 10 Pagi biasanya. Dan ternyata, dia hanya mampu bertahan hingga sore hari sekitar pukul 17:00 WIB. Dengan screen on time yang kurang lebih 5 sampai 6 jam. Dengan pola penggunaan saya yang casual, paling media social, chatting, dan beberapa kali menonton video. Mungkin buat sebagian orang segitu sudah cukup bagus, tapi buat saya, sory apple, Belum cukup. Ditambah charger yang dibawa dalam paket penjualan hanya memiliki output 5W, ponsel yang memiliki harga cukup wow ini dipaket penjualan hanya memberikan adaptor charger 5 Watt rasanya agak bagaimana gitu ya. Charger 5 watt ini menurut saya sangat Lambat dalam pengisian daya, Bisa lebih dari 2 jam untuk bisa terisi penuh. Tapi saya ada trick jika anda ingin pengisian daya ponsel ini lebih cepat. Anda bisa menggunakan Adaptor Charger milik iPad yang memiliki Output 12W. atau jika beli di Store resmi di Indonesia, harganya berkisar di angka Rp 350.000,-. Ini cukup membantu. yang saya rasakan, kecepatan chargingnya hanya memakan waktu sekitar 1 jam 45 menit untuk pengisian penuh, lumayan hemat sampai 30 menit jika menggunakan charger bawaan. Oiya, iPhone XS ini juga sebenarnya support fast charging Power Delivery. Tapi untuk bisa menikmati itu, perlu adaptor charger setidaknya 18w dengan cable Usb C to Lightning. Kalau beli di Apple Store resmi, mungkin bisa di angka sekitar Rp 800.000,-an.

Hal lain yang saya rasakan terbatas adalah, fitur NFC yang ada di device ini. Sesunguhnya iPhone XS sudah memiliki NFC. Tapi sayang, fitur ini dikunci oleh apple, dan hanya bisa digunakan untuk transaksi mengunakan Apple Pay. Yang dimana Apple Pay belum tersedia di Indonesia. Saat device android lain yang harganya bahkan jauh lebih murah disbanding Xs ini, sudah bisa menggunakan fasilitas NFC untuk mengisi ulang kartu uang elektronik, iPhone XS ini belum bisa melakukan itu. Dan saya sangat menyayangkan hal ini, semoga apple bisa segera membuka NFC nya.

Begitulah pengalaman saya bersama iPhone XS selama kurang lebih 6 bulan, dan sekarang saya sudah pindah haluan dan upgrade ke iPhone 11 Pro. Menurut anda bagaimana ? apakah iPhone XS masih sangat layak untuk digunakan beberapa tahun kedepan ? yuk tulis pendapat kamu dikolom komentar.

dan berikut adalah review saya Versi Video untuk iPhone XS di channel YT saya



Sabtu, 16 November 2019

"Anggaplah Kamera yang kamu bawa itu adalah Isterimu sendiri"


      Semua berawal saat lulus kuliah, fakultas ilmu komunikasi, Program Studi Penyiaran. sebulan setelah dinyatakan LULUS, saya langsung mendapat kesempatan untuk bekerja di industri media televisi yang bisa dibilang fokusnya dipemberitaan. 

Bersama teman-teman PDP VI & MMDP VIII
Saya bergabung di media tersebut melalui jalur yang diberi nama, Production Development Program Batch ke 6. Program ini memang dikhususkan untuk mereka para lulusan baru dari perguruan tinggi (Fresh Graduate) yang ingin bekerja dan berkarir di industri media televisi dan belajar banyak soal Produksi Program Televisi.

Oke, diawal Perjalanan saya berkarir di industri ini. saya ditempatkan di Departemen News Gathering, sebagai Camera Person / Kameraman. Tugasnya, sudah pasti meliput kejadian yang ada dilapangan, dan menghasilkan suatu gambar/video yang bagus dan bisa bercerita. 

Kaget, dan Merasa mengemban tanggung jawab besar, itulah yang saya rasakan saat pertama kali bertugas. saya biasanya ditugaskan dilokasi peliputan yang kemungkinan akan ada laporan langsung dari tempat tersebut. ada satu mobil van yang kami sebut SNG (Satellite News Gathering), yang fungsinya untuk membantu kami melakukan siaran langsung dari lokasi kejadian, menggunakan satelit sebagai medianya.

Bagian dalam SNG
Mobil SNG
SHOW MUST GO ON. Jadi bagian dari jurnalis televisi harus siap dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada dilapangan. ketika diminta untuk laporan langsung, harus siap dan tidak boleh ada kesalahan saat siaran berlangsung. komunikasi dan koordinasi antara saya, reporter, teman-teman dari SNG, dan Producer yang ada dikantor harus terjalin dengan baik, agar tayangan bisa sesuai dengan recana.

Kamera yang digunakan Meliput
oke itu tadi bagian dari teknis dan bagaimana siaran langsung dari lapangan bisa terjadi. tapi yang menarik menurut saya adalah kisah kami, para jurnalis. yang menunggu dan mengejar informasi secara langsung dengan berbagai halangan dan rintangan yang ada dilapangan. 

ada satu rekan kerja saya yang bilang begini "anggep kamera yang lo bawa itu adalah isteri lo, yang harus lo sayang, dan lo jaga, ditengah situasi sesulit apapun". yap, berperan sebagai seorang kamera person, tanggung jawab terbesarnya gak cuma digambar yang dihasilkan, tapi juga menjaga si kamera agar tetap aman. karena harga satu unit kamera untuk peliputan itu tidak murah.

Bersama teman-teman Jurnalis RI 1
mungkin teman-teman pembaca pernah lihat di layar kaca, bagaimana kami para pewarta berdesakkan, berlarian, saat mengejar narasumber. berebut dengan media lain demi mendapat gambar, dan mengejar statement dari narasumber. yap, itulah realita yang kami alami ketika bertugas dilapangan. media yang ada di Indonesia ada banyak sekali jumlahnya. gak cuma televisi, ada media online & cetak juga. kami biasa berkumpul dilokasi kejadian, dan bersama mencari informasi untuk disampaikan ke publik. jujur, yang berat adalah "Menunggu". pekerjaan kami sering kali hanya menunggu narasumber untuk memberikan statementnya. tidak jarang, seharian kami bertugas di satu tempat, dan kami hanya menunggu. buat kalian yang gak suka nunggu, ini jadi hal yang sangat tidak mengenakkan. tapi sembari menunggu, kami sesama jurnalis biasanya berbagi cerita, bercanda, main games dan sebagainya. untuk mengisi waktu dan melepas kejenuhan. hal ini yang membuat kami semakin dekat, tertawa bersama dan merasa seperti keluarga.

Liputan Di Istana Presiden
Momen menarik selama meliput menurut saya adalah bisa bertemu dengan tokoh, dan berbincang langsung dengan mereka. Makan bersama, Mengikuti keseharian mereka, melihat secara nyata bagaimana mereka bekerja dan membangun negara ini. diluar yang kami sampaikan di on air ke publik, ada banyak kisah menarik dan berharga yang saya dapat. itulah pengalaman terbaik yang saya dapat selama menjadi pewarta. mungkin ga akan didapat jika bukan dengan menjadi jurnalis. dan yang terpenting, saya belajar banyak hal dari mereka.

Liputan di Kantor Balai Kota Jkt
selain bertemu dengan tokoh penting, yang menarik ketika menjadi jurnalis adalah, kita punya akses ke beberapa tempat yang bisa dibilang gak semua orang bisa masuk kesana, hanya orang tertentu saja. ketika liputan, kami bisa masuk kesana dan melihat apa yang ada disana, ini lebih ke pengalaman. dan saya sangat beruntung karena pernah masuk ke beberapa tempat diantaranya Melihat langsung isi didalam istana kepresidenan, ruang kerja pemimpin daerah, ruang rapat/sidang paripurna. ruang pemeriksaan tersangka, dan lain sebagainya. 

Tugas kami adalah menyampaikan informasi/berita yang kami dapat dilapangan ke publik. jujur ini adalah tanggung jawab besar, dan bener-bener bukan hal mudah. semua yang disapaikah harus berupa Fakta, gak boleh dikurang-kurangin, ataupun dilebih-lebihkan. dan gak boleh salah/tidak sesuai fakta yang ada. tau kan akibatnya kalau sampai salah dalam menyampakan berita/informasi. nah disini kami harus benar-benar berhati-hati.

Bersiap Live Report
Bersiap Live Breaking News
oke, yang seru-seru udah. sekarang saya mau bahas hal yang bisa dibilang konsekuensi yang harus ditanggung saat memilih menjadi jurnalis. pertama adalah, kami gak kenal yang namanya tanggal merah / hari libur nasional. ya kalau di hari tersebut adalah hari kamu bertugas, meskipun dikalender warnanya merah, ya kamu tetep harus bertugas. disini waktu untuk orang terkasih terkadang dipertaruhkan. tapi kalau kalian punya passion di bidang jurnalistik, wajib coba buat nyemplung ke media. karena pengalaman yang akan didapat, saya jamin akan bikin kamu ketagihan dan ingin kembali lagi suatu saat nanti.

Oke, itu aja cerita singkat saya selama menjadi Juru Kamera untuk peliputan berita disalah satu media televisi. saya sendiri juga merasa pengalaman jurnalisme yang saya share diatas belum ada apa-apanya, dan masih sangat dangkal. tapi, semoga kisah tersebut bisa memberi gambaran dan inspirasi buat kalian semua yang punya passion dibidang jurnalistik. saran saya, jangan ragu buat mencoba. dan kamu harus ciptakan kesempatanmu sendiri. 

terimakasih buat yang sudah membaca dari awal sampai selesai, kalau ada masukkan & saran silahkan tulis dikolom komentar ya. :)






Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!